Obat Epilepsi Ternyata Dapat Mencegah Tinnitus

Obat epilepsi dapat membantu mencegah tinnitus karena mengurangi sel-sel telinga yang hiperaktif. Berdasarkan studi terhadap retigabine, ditemukan bahwa obat tersebut mencegah tinnitus berkembang. Hasil tersebut didapat ketika tikus dirawat langsung setelah terpapar kebisingan, tikus tersebut tidak mengalami masalah pendengaran. Tinnitus itu sendiri sangat berkaitan dengan hiperaktivitas pada bagian tertentu di otak. Bahkan sel tersebut mengalami impuls ketika tidak ada suara yang perlu dipahami.
Sebuah study tentang obat epilepsi telah mengungkapkan untuk yang pertama kalinya alasan mengapa seseorang mengalami tinnitus dan menemukan upaya pencegahan kondisi tersebut langsung dari sumber terjadinya masalah tersebut. Dari ujicoba pada tikus, para peneliti menemukan bahwa retigabine mencegah kondisi pendengaran kronis dan pendengaran melemah setelah terpapar oleh suara yang keras. Hingga 15 persen orang mendengarkan suara bising, siulang, berdengung, dan suara lainnya yang biasanya disebabkan karena telinga terpapar oleh suara yang sangat keras.
Mereka berharap bahwa dengan mengidentifikasi penyebab yang ada, mereka dapat memberikan pengaruh yang positif. Tim tersebut fokus pada area di otak yang menjadi pusat suara  atau yang disebut dengan Dorsal Cochlear Nucleus.
Dari penelitian sebelumnya terhadap tikus, mereka tahu bahwa tinnitus berkaitan dengan hiperaktivitas pada sel-sel DCN. Sel-sel tersebut menciptakan impuls bahkan ketika tidak ada suara yang perlu diproses otak. Pada eksperimen terbaru, mereka menggunakan pendekatan pada sifar biofisik dari saluran KCNQ. Saluran KCNQ ini menjadi semacam pengendali yang efekfit untuk menurunkan aktivitas sel-sel saraf.
Pada model tikus, tikus tersebut terpapar dengan suara 116 desibel dan diperdengarkan dengan suara sirene ambulan selama 45 menit. Terdapat 50 persen tikus yang mengalami tinnitus. Dr Tzounopoulos bersama timnya telah memeriksa apakah retigabine yakni obat epilepsi yang sudah diterima FDA dapat mencegah perkembangan tinnitus.
Penelitian tersebut dilakukan dengan memaparkan suara keras selama 30 menit dua kali sehari dan dilakukan 5 hari berturut-turut. Setengah dari kelompok yang terpapar oleh suara keras tersebut diberi suntikan retigabine. Tujuh hari setelah terpapar kebisingan tersebut, tim menemukan bahwa tikus yang mendapatkan perawatan setelah terpapar kebisingan tidak mengalami tinnitus. Sementara itu 50 persen lainnya yang terpapar suara keras dan tidak mendapatkan perawatan obat mengalami gejala-gejala tinnitus.
Dr. Tzounopoulos mengatakan bahwa ini adalah penemuan penting yang menghubungkan unsur biofisik dari saluran potassium dengan persepsi suara abstrak. Tinnitus itu sendiri juga bersifat channelopathy dan saluran KCNQ mewakili target untuk mengembangkan obat yang menghalangi induksi tinnitus pada manusia.

Leave a Reply